Kisah perjuangan dan perjalanan panjang seorang anak bernama Guntur
dalam meraih cita-citanya menjadi seorang juara bulu tangkis sejati,
seperti idola Guntur dan ayahnya, Liem Swie King.
Ayah Guntur adalah seorang komentator pertandingan bulu tangkis antar
kampung yang juga bekerja sebagai pengumpul bulu angsa, bahan untuk
pembuatan shuttlecock. Dia sangat mencintai bulu tangkis dan dia
menularkan semangat dan kecintaannya itu pada Guntur, walaupun dia
sendiri tidak bisa menjadi seorang juara bulu tangkis
Mendengar cerita ayahnya tentang ”KING” sang idola, Guntur
bertekad untuk dapat menjadi juara dunia. Dengan segala keterbatasan dan
kendala yang ada dihadapannya, sebagai sahabat setianya Raden pun
selalu berusaha membantu Guntur, walaupun kadang bantuan Raden tersebut
justru seringkali menyusahkannya. Namun dengan semangat yang tinggi
tanpa mengenal lelah, dan pengorbanan berat yang harus dilakukan, Guntur
tak henti-hentinya berjuang untuk mendapatkan beasiswa bulu tangkis dan
meraih cita-citanya menjadi juara dunia bulu tangkis kebanggaan
INDONESIA dan kebanggaan keluarga.
Sejumlah orang tua wali murid yang sedang mendampingi anak-anaknya
berlibur mengharapkan kepada Dinas Pendidikan DKI Jakarta memutar film
"King" di sekolah-sekolah karena mengandung unsur pendidikan dan
motivasi.Azizah, ibu dari Abdul Rahman, siswa kelas VI salah satu sekolah dasar di Jakarta Selatan, mengaku, terharu dengan semangat meraih cita-cita dan persahabatan antara Raden dengan Guntur.
"Nilai persahabatan seperti itu saat ini jarang saya temukan di dunia "nyata", kebanyakan saat ini persahabatan dinilai dengan materi," kata Azizah usai menyaksikan film King di studio 21 bioskop Blok M Square, Jumat.
Menurut dia, film tersebut layak diputar di sekolah pada hari libur, atau dijadikan mata pelajaran pilihan pada kurikulum kurikulum muatan lokal (mulok).
"Semangat Guntur untuk raih juara dapat menjadi motivasi anak-anak, begitu juga dengan persahabatan antara dia dan Raden juga dapat ditiru oleh anak-anak jaman sekarang," katanya.
Selain menjadi hiburan dan tontonan film tersebut, kata Azizah, juga dapat menjadi salah satu cara untuk mengantisipasi masuknya narkoba ke sekolah-sekolah.
"Terlebih akhir-akhir ini narkoba mulai merambah pada sekolah-sekolah dasar sepeti yang terjadi di sejumlah daerah, itu sangat memprihatinkan," katanya.
Sumiati, orang tua dari Zahro, siswa SDN 3 Cipete, Jakarta Selatan, menambahkan, film King sangat cocok untuk disajikan kepada anak-anak.
"Film tersebut sangat baik untuk dinikmati oleh anak-anak bahkan juga orangtua, selain mengandung unsur pendidikan agar hormat kepada orangtua, film King juga dapat memotivasi orangtua untuk memperhatikan anak," ujarnya.
Ia berharap pada produser film hendaknya pada musim liburan tahun depan juga dibuat film-film yang khusus untuk anak-anak, seperti King, Garuda di dadaku dan Laskar Pelangi.
"Film-film tersebut saya rasa sangat bermutu dibandingkan dengan film yang lainnya, cuma waktu tayangnya harus tepat saat anak-anak liburan sekolah," kata dia.
Fauzi, salah satu mahasiswi semester VIII Universitas Nasional Jakarta, mengatakan, film tersebut sangat berbobot.
Ia mengaku awalnya malas mendampingi adiknya yang masih duduk dibangku SMP, yakni Bimbo, untuk nonton film King. Namun setelah menyaksikan film tersebut ia merasa banyak hikmah yang diperolehnya.
"Banyak hal yang kami peroleh, diantaranya nilai persahabatan, kekeluargaan, sosial dan kerukunan antar warga sangat "hangat"," katanya.
Bayu Nugroho, mahasiswa semester VIII Guna Dharma, mengaku juga banyak pelajaran yang dipetik setelah nonton film King.
"Terutama semangat untuk sukses, dan komunikasi antara orangtua dengan anak dan lingkungan yang dapat dipetik," katanya.
Said Abu Bakar, salah satu petugas stodio 21, mengatakan, hampir setiap tayangan film King penonton terus berjubel. "Padahal setiap hari film tersebut diputar lima kali," katanya.
0 komentar:
Posting Komentar